Usia Berapa Anak Harus Diajarkan Pendidikan Seks?
Hingga saat ini, membicarakan seks ditempat umum atau bersama orang tua masih dianggap tabu dan dianggap tidak seharusnya dijadikan topik pembicaraan. Namun, justru pendidikan seks seharusnya diberikan sejak dini. Memberikan pendidikan seks tentu dimulai dari obrolan yang ringan dan disesuaikan dengan usia si anak.
Pendidikan Seks Pada Anak Diberikan Sejak 0 Tahun
Ternyata, pendidikan seks mulai diberikan dari anak berusia 0 tahun. Hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua ketika memberitahu mengenai pendidikan seks kepada anaknya adalah seputar organ reproduksi, melindungi organ reproduksi serta merawatnya.
Hal tersebut menjadi penting, mengingat organ reproduksi merupakan organ vital yang senantiasa dilindungi dan dirawat.
Manfaat yang didapat orang tua jika menanamkan pendidikan seks kepada anaknya sejak dini adalah membuat anak menjadi memiliki wawasan seputar pendidikan seks serta terhindar dari pelecehan maupun kekerasan seksual.
Lebih lanjut, dikutip dari ahli di University of Sidney dalam website halodoc.com (26/8/2020) bahwa orang tua juga turut bertanggung jawab terhadap wawasan anak mengenai bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, gender serta nilai-nilai lainnya yang berhubungan dengan seks. Pemahaman-pemahaman seperti itu dapat diberikan secara berkala dan disesuaikan dengan umur.
Usia 0 hingga 3 Tahun
Pada usia 0-3 tahun, orang tua sudah dapat memberikan wawasan terhadap anaknya mengenai nama organ reproduksi, seperti menyebutkan “Penis” untuk organ reproduksi laki-laki dan “Vagina” untuk organ reproduksi perempuan. Tidak disarankan menyebut organ reproduksi manusia menggunakan sebutan yang tidak seharusnya, seperti contohnya mengistilahkan “burung” untuk organ reproduksi laki-laki.
Pada usia tersebut, orang tua juga bisa memulai menanamkan sikap-sikap merawta serta menjaga diri pada anak. Sebagai contoh, ketika berada di luar ruangan, sang anak harus mengenakan pakaian yang sopan, mengenakan handuk atau pakaian setelah mandi, membersihkan diri setelah bermain atau beraktivitas.
Usia 4 hingga 5 Tahun
Menginjak usia 4 hingga 5 tahun, orang tua dapat mengenalkan pada anak bagian-bagian tubuh secara lebih rinci serta mulai menjelaskan bagaimana asal seorang bayi dapat berada di rahim seorang ibu menggunakan bahasa verbal yang sesuai dengan umur si anak dan tidak dianjurkan untuk menjelaskannya secara vulgar pada anak. Usia 6 hingga 8 tahun merupakan usia persiapan anak untuk menapaki masa pubertas kedepannya.
Usia 9 hingga 12 Tahun
Setelah menginjak usia 9 hingga 12 tahun, si anak mulai menuju remaja. Tentu, terdapat beberapa perubahan bentuk tubuh pada anak, sehingga sebagai orang tua, akan semakin bijak jika mulai memberitahu pada sang anak mengenai menstruasi pada perempuan dan ereksi pada laki-laki.
Hal-hal tersebut harus diupayakan oleh orang tua, sehingga anak dapat memperoleh jawaban yang valid terhadap apa yang mereka alami, khususnya dalam hal menstruasi dan ereksi. Penjelasan pada anak dapat dimulai dari mengapa terjadi menstruasi pada perempuan dan mengapa laki-laki dapat ereksi dalam satu kondisi tertentu.
Usia 13 hingga 18 Tahun
Pada usia 13 hingga 18 tahun orang tua mulai menghadapi masa masa remaja sang anak. Kondisi mental yang masih labil serta gojolak seksual yang mulai meningkat. Oleh sebab itu, tidak masalah bagi orang tua untuk membuka diskusi mengenai percintaan, hubungannya bersama teman-teman sebayanya serta hubungan dengan lawan jenis sang anak.
Menginjak usia dewasa awal, orang tua dapat memberikan saran-saran positif mengenai hubungan seksual. Karena, ketika sang anak telah menginjak usia dewasa, mereka telah mampu mengerti hukum yang berkaitan dengan pelecehan dan kekerasan seksual, hubungan intim, serta pernikahan.
Tugas orang tua adalah untuk membimbing sang anak melalui komunikasi serta memberikan pengarahan mengenai sebab akibat melakukan hubungan seksual yang disengaja, resiko bila menjadi pelaku pelecehan serta kekerasan seksual, menjelaskan tanggung jawab ketika sang anak telah memutuskan untuk membina rumah tangga mereka sendiri bersama pendamping hidupnya.
Pada intinya, membuka komunikasi pada anak mengenai pendidikan seks dapat dilakukan sejak dini hingga sang anak mampu memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Komunikasi yang baik, dilakukan secara berkala dan memperhatikan tumbuh kembang sang anak.
Tentu membicarakan hal seputar pendidikan seks menggunakan pilihan kata dan bahasa yang sesuai dengan umur dan tahapan perkembangan sang anak.
Pendidikan seks menjadi tanggung jawab orang tua agar anak memiliki pengetahuan serta wawasan dan terhindar dari informasi-informasi yang tidak valid mengenai seks.
Jadi, untuk orang tua, yuk berikan pemahaman kepada anak mengenai pendidikan seks lewat obrolan-obrolan ringan di rumah…